Jumat, 26 September 2014

Aku hanya bisa memandang. Aku, kau, dan kalian. Juga mereka yang berdiri di ujung sana, tetatpi ikut masuk dalam sorotan kamera. Jujur, aku tak mengerti kenapa semua drama ini begitu nyata. Kertas skenarioku sudah mencapai lembar terakhir, tetapi cerita justru menggantung. Potongannya...kemana? Akhirnya bagaimana? Entahlah, aku belum bertanya pada sang sutradara. Atau lebih tepatnya, aku takut bertanya. Takut mendengar kata-kata yang sebaliknya dari yang kuharapkan.
Sebab di dunia nyata, akhir bahagia tak sesederhana episode terakhir sebuah drama.


Kamis, 04 September 2014

Venus menoleh ke belakang. Tak ada Mars di sana. Venus berjalan, tak lama kemudian ia menoleh lagi ke belakang. Tetap, tak ada Mars di sana. Venus menghela napas, lalu kembali berjalan. Beberapa langkah, ia berhenti. Dengan perlahan ia menarik napas, dihembuskannya perlahan, lalu ia menoleh sekali lagi ke belakang. Dan, Venus kecewa. Ia tersenyum miris.

Mars telah pergi. Seharusnya ia tahu itu.
Ia yang menyuruh Mars pergi. Seharusnya ia ingat itu.
Mars telah mengabulkan keinginannya. Seharusnya ia senang karena itu.

Perihal dadanya yang justru sesak saat mendengar kabar dari Uranus, itu yang tidak ia pahami.
Cerita tentang Mars dan Merkurius, bisik-bisik tetangga, dan kenyataan yang ia lihat sekarang.

Mars dan Merkurius sedang berjalan ke arahnya, berdua.
Merkurius tersenyum menyapanya, seperti biasanya, sebagaimana mereka adalah tetangga dalam tata surya.
Mars memalingkan muka. Tidak menatap Venus tepat di mata.

Venus tersenyum miris.

Ia yang merencanakan, seharusnya ia tidak menangisinya.

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Follow

About me

What's Hot

You're The...

My Other Blog

Pages

Popular Posts

 

Template by BloggerCandy.com