Rabu, 12 November 2014

"Bukankah sungguh aneh? Kalian berdiri di sisi yang sama, secara tak langsung menjadi teman, namun kalian juga diam."

"Asalkan tujuan kami tercapai, asalkan apa yang kami persoalkan tidak melenceng, mengapa itu aneh?"

"Kalian menasihati dia. Tapi kalian, juga sama seperti mereka."



"Kalian, dia, mereka, selamanya mungkin dalam lingkaran yang sama. Lingkaran itu tidak baik dan kami rasa kalian, dia, dan mereka tahu itu. Cepat, cepatlah bubar. Biarkan tanah menggerus semua jejak kaki yang pernah ditorehkan. Kalian, dia, dan mereka harus berlindung. Sebelum hujan dan badai menenggelamkan semuanya. Atau perlu salah satu pihak menghilang sehingga yang-dulunya-lingkaran tak lagi lingkaran?"

"Kalian bilang, kamu yang seharusnya menghilang."

"Kamu? Bagaimana dengan kamu?"

"Masih perlu pendapat kamu?"

"Tidak. Menghilang saja, toh akarnya dari kamu. Kalian, dia, dan mereka baik-baik saja tanpa kamu."

"Kami? Kami tidak membutuhkan kamu?"

"Kalian rasa tidak. Bukankah mereka sudah mengatakan? Tidak bisakah kamu mendengar dan melihat?"

"Tunggu! Bagaimana dengan mereka? Dia? Percayakah dia pada kamu?"

"Dia? Haha, kau tanya saja mereka. Kalau perlu, dengan kalian. Kalian tak akan membohongi kamu."

"Kami baik-baik saja tanpa kamu."
 

Jumat, 26 September 2014

Aku hanya bisa memandang. Aku, kau, dan kalian. Juga mereka yang berdiri di ujung sana, tetatpi ikut masuk dalam sorotan kamera. Jujur, aku tak mengerti kenapa semua drama ini begitu nyata. Kertas skenarioku sudah mencapai lembar terakhir, tetapi cerita justru menggantung. Potongannya...kemana? Akhirnya bagaimana? Entahlah, aku belum bertanya pada sang sutradara. Atau lebih tepatnya, aku takut bertanya. Takut mendengar kata-kata yang sebaliknya dari yang kuharapkan.
Sebab di dunia nyata, akhir bahagia tak sesederhana episode terakhir sebuah drama.


Kamis, 04 September 2014

Venus menoleh ke belakang. Tak ada Mars di sana. Venus berjalan, tak lama kemudian ia menoleh lagi ke belakang. Tetap, tak ada Mars di sana. Venus menghela napas, lalu kembali berjalan. Beberapa langkah, ia berhenti. Dengan perlahan ia menarik napas, dihembuskannya perlahan, lalu ia menoleh sekali lagi ke belakang. Dan, Venus kecewa. Ia tersenyum miris.

Mars telah pergi. Seharusnya ia tahu itu.
Ia yang menyuruh Mars pergi. Seharusnya ia ingat itu.
Mars telah mengabulkan keinginannya. Seharusnya ia senang karena itu.

Perihal dadanya yang justru sesak saat mendengar kabar dari Uranus, itu yang tidak ia pahami.
Cerita tentang Mars dan Merkurius, bisik-bisik tetangga, dan kenyataan yang ia lihat sekarang.

Mars dan Merkurius sedang berjalan ke arahnya, berdua.
Merkurius tersenyum menyapanya, seperti biasanya, sebagaimana mereka adalah tetangga dalam tata surya.
Mars memalingkan muka. Tidak menatap Venus tepat di mata.

Venus tersenyum miris.

Ia yang merencanakan, seharusnya ia tidak menangisinya.

Minggu, 09 Maret 2014

...

Hai hai hoilaaa!
Akhirnya, setelah entah berapa bulan blog ini berkarat dan tak tersentuh, gue berhasil menyempatkan diri menulis lagi (aslinya sih nggak ada inspirasi hehe).

Apa kabar diri saya?

Sekarang, udah semester 2. Waw nggak kerasa ya…………. Oke itu boong. Kerasa BANGET. Tapi jujur aja, sekarang gue udah mikir-mikir, “Gila, rasanya baru kemaren gue tes ini itu dan masuk Farmasi, tapi sekarang udah semester dua aja. Sekarang udah bulan Maret aja. Sekarang udah mau UTS aja.” Ups.

Apanya yang kerasa banget? Perjuangan untuk bertahannya ituuu yang kerasa banget. Gimana rempongnya semester 1, gimana deadline tugas datang bertubi-tubi, gimana kagetnya otak tiba-tiba nerima materi yang bener-bener baru: tentang kefarmasian, obat, reaksi kimia, struktur kimia, daaan lain-lainnya. Tadinyaa, dapet anjuran dari senior kalo semester 2 lebih nyantai daripada semester 1.

Tapi ternyata gue salah. Semester 2, justru jauuuh lebih berat (atau itu tergantung orangnya. Kalo udah terbiasa rajin yaa selow aja sih).

Yup, mata kuliah fakultasnya makin banyak. Dari yang tadinya mata kuliah (khusus) fakultas itu cuma Farmasetika Teori dan Praktikum Farmasetika (fyi, farmasetika itu ilmu mempelajari dan membuat obat. Jadi di sini kita bener-bener belajar bikin puyer, kapsul, krim, salep, sirup, lotion, dll) sekarang tambah lagi Bioseluler & Molekul dan Biokimia.

Jujur ya, Farmasetika itu praktikumnya asik—kalo aja nggak diambil nilai. Yup, seru, karna lo bener-bener bikin langsung. Ini nih hasil praktikum gue :
 
Puyer-puyer entah apa aja isinya—lupa saking banyaknya puyer yg dibikin.

Kapsul. Entah itu kapsul-kapsul bahan apa isinya, udah lupa juga saking lamanya.

Salep kloramfenikol+hidrokortison asetat. Tau nggak? Yaudahlah ya haha. Oya ini udah lama juga bikinnya, 15 November 2013. Warna dan baunya…. euh.

Neo Rheumacyl Cream. Yang buat ngurangin sakit itu looh. Kalo dioles di kulit ada rasa-rasa panas gimanaa gitu.


Suppositoria. Cari aja ya buat apa itu haha. Yang jelas ini salah satu kesukaan anak-anak Farmasi~

Eliksir Parasetamol. Macem sirup tapi ada kandungan alkoholnya. Baunya hmm lumayan enak-enak gimana gitu.

Nah ini nih yang baru: lotio Kummerfeldi. Ada butiran-butiran yang gak larut. Oh ya, buat jerawat loh itu. Apa gue harus coba dulu ya...

Daan ternyata ada yang lupa kefoto. Bedaknya! Itu tuh, yang di tengah warna putih hampir ga keliatan gara-gara pake flash (maklum bukan fotografer cakep). Itu bedak biang keringat, bedak Konicare Menthol. Wangi-wangi gimanaaa gitu


Niatnya pengen pamer foto aja sih, kali-kali aja ada yang minat masuk Farmasi *promosi*

Anyway, see ya!

In the middle of confusing and tiring moments,
VME
Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Follow

About me

What's Hot

You're The...

My Other Blog

Pages

Popular Posts

 

Template by BloggerCandy.com