Rabu, 19 Januari 2011

Messier Galaxi

Hi, there! Hello again!

Haha. Like usual, this is just another random post... I don't know what to write, so I upload—emm, kinda like a logo but more like a badge… Well, it's up to you to decide what it is like—this :

~ Messier Galaxi ~
What is GALAXI ?

Galaxi : Galan XI (Galan stands for 'Tiga Sembilan' or 39 (three-nine) SHS - my shs - and XI is my class)
Other classes have their own names, so we made it too. And, guess who made it? (If I'm not mistaken -I will edit it if it's wrong)
It was... *jrengjreng* Prima Annuriansyah! One of the funny people in my class.

About Messier... well, I still don't know (exactly I forget) what "Messier" stands for. So I will edit this if I know. Hey, now I know what MESSIER stands for and its meaning!


MESSIER : Mixed El Mejor Satqis Shume Idioma Epistim Ridere
Artinya: "Mixed, the best from variety language of science with fun".
Kalau mau dipecah lagi : 
Mixed : bergabung 
El Mejor : terbaik 
Satqis : berbeda
Shume : prinsip
Idioma : bahasa
Epistim : science
Ridere : kesenangan satu




Nah, one day, I saw my big brother made a logo for his school, 58 SHS. And it was kinda cool, I think. So I asked him to make a logo for my class - GalaXI. And he made it!
Omooo~!!

I really like it!
Thank you so much big brother :D
(even the name has already changed... well, it's still MessierGALAXI rite?)

Minggu, 16 Januari 2011

Tari Jaipong (+another random post)

Another random post…

Cuma mau sharing aja.. Sabtu kemaren, gue latihan Srikandi—ekskul tari tradisional. Awalnya jam 9 sampe jam 12 itu ngeberesin tari Saman dan pengennya dibentuk tim, tapi karena yang dateng cuma 11 orang, nggak jadi deh u-u (karena tim yang dipengenin itu 13 orang).

Nah, setelah latian Saman, gue kira latian bakal selesai alias pulang. Eeh ternyata, sama Kak Fitri, pengen diajarin Tari Jaipong. O-o-o-o!! Dan pas gue liat Kak Fitri, Kak Retno, dan Kak Febi nunjukin Tari Jaipong, dunia gue hancur seketika (halah lebay). Nggak deng, tapi intinya, gue lemes. Pinggulnya itu, owowow! Kalo Kak Fitri yang emang lentur sih enak, kalo gue??? Emaaaak~!

Dan dugaan gue bener. Pas kita semua disuruh nyoba, alamak, susahnya~! Movement kakinya aja gue belom bener, apalagi pinggul, kepala, dan tangannya?! Melihat kita semua—anak kelas XI dan 2 anak kelas XI—kebingungan, Kak Fitri dengan bijaknya berkata, “Nih ya, tanamkan dalam pikiran kalian: ‘Saya akan, saya mau, dan saya bisa!’

Tapi, please, ini bukan film. Walaupun di dalam pikiran gue udah ditanamkan pikiran ‘saya akan, saya mau, dan saya bisa!’, tetap aja nggak bisa u-u. Oke, emang wajar sih toh baru pertama kali nari Jaipong. Pengalaman nari gue bener-bener nol. Di TK sih pernah, tapi itu cuman nari yang simpel dan bukan tari daerah. Di SD juga pernah, nari apaaa gitu diiringin lagu Si Patokaan, tapi itu juga udah lupa. Dan sekarang, SMA, disuruh nari Jaipong yang membutuhkan kelenturan dan kelincahan?

Sudahlah, hentikan curcol tak berguna ini -___-

Mari kita bahas tentang Tari Jaipong!


J A I P O N G 

Banyak yang sering nyamain Jaipong sama Yapong, tapi please, itu bedaaaa! Beda banget.


Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan. Sebagai tarian pergaulan, tari Jaipong berhasil dikembangkan oleh Seniman Sunda menjadi tarian yang memasyarakat dan sangat digemari oleh masyarakat Jawa Barat (khususnya), bahkan populer sampai di luar Jawa Barat.

MENYEBUT Jaipongan sesungguhnya tak hanya akan mengingatkan orang pada sejenis tari tradisi Sunda yang atraktif dengan gerak yang dinamis. Tangan, bahu, dan pinggul selalu menjadi bagian dominan dalam pola gerak yang lincah, diiringi oleh pukulan kendang. Terutama pada penari perempuan, seluruhnya itu selalu dibarengi dengan senyum manis dan kerlingan mata. Inilah sejenis tarian pergaulan dalam tradisi tari Sunda yang muncul pada akhir tahun 1970-an yang sampai hari ini popularitasnya masih hidup di tengah masyarakat.

Sejarah

Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.

Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.

Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.

Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 1) Tatalu; 2) Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).


Perkembangan Tari Jaipong

Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah.

Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya "kaleran" (utara).

Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan dan tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa Suryabrata dan Asep.

Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong.

Taken from: KASKUS 


Jadi begitulah tentang Tari Jaipong.

Wish me luck in learning Jaipong Dance ya! ^_^ 

Jumat, 14 Januari 2011

Saturday Night... #randompost

Saturday night... What should I do?

Hem... I’m killing time with chatting on Omegle and *yay* I met an Indonesian! Even though that person was hazy, andemmm, well“jayus” in Indonesian, hehe (what is it in English? -..-), but I still enjoyed the time chatting with him. For your information, that person was male, 25 years old. And I told him that I was 17 years old, and I was in preparation for National Exam. Ehehe, but that was not true. I lay to him because I didn’t want to make our ages were too different.

Well, this is some photos I took using PrintScreen:

1#
2#

#3
#4


That stranger was kinda ‘jayus’, wasn’t he?

Well, it’s the first time I met Indonesian—same like me!—since I used Omegle. Sooo funny~!
:)

Kamis, 06 Januari 2011

Masuk Sekolah Lagi

Ini nih, gak enaknya sekolah di sekolah negeri. Libur cuma pas 2 minggu, nggak kurang dan nggak lebih! Kayaknya baru kemaren hari pertama libur, tau-tau besok udah masuk sekolah aja. Minggu ini gue emang udah masuk (dari kemaren Senin). Niatnya sih pengen ngepost pas hari terakhir libur atau hari pertama masuk, tapi keteteran melulu dan jadinya baru ngepost sekarang deh.

Minggu ini, gue mulai sudah berpakaian seragam sekolah as usual dan berangkat dan belajar untuk semester II.

Kalau sekolah swasta—apalagi sekolah Kristen/Katolik—pasti liburnya banyak, kira-kira 3 minggu (atau bahkan sebulan!). Karena sekolah Kristen/Katolik kan penduduknya ngerayain Natal juga, jadi liburnya banyak. Uh, puas deh. Setelah 6 bulan belajar, trus libur 3 minggu—atau kalau boleh sebulan—dan lalu belajar lagi untuk 6 bulan ke depan. Hueeee puasnya!! *ngiri*

Hehe, jadi curcol nggak jelas. Kali ini gue mau ngebahas tentang kelasku tercinta yang sudah menemaniku selama 6 bulan, dan kini memasuki bulan ke-7, yaitu... *jrengjreng*

X-I~ atau GalaXI


 atau simpelnya sebelum nama ‘GalaXI’ tercipta: Keluarga Bencana (Disaster Family? O_o). Mengapa Keluarga Bencana? Jadi gini ceritanya. Pas Galex (Galan Expo), kan tiap kelas disuruh bikin yel-yel. Yel-yel itu ya harus sesuai dengan keadaan kelasnya. Jadi, kelasku waktu itu ada maskotnya, cewek & cowok. Yang cewek adalah Indyas Paramesvari atau Yayas dan yang cowok adalah Gegget Briyan Kayanto atau Gegget.

Mereka tuker gender. Yayas berperan sebagai bapak-bapak dan Gegget sebagai ibu-ibu. Ceritanya, Yayas dan Gegget punya anak, dan anaknya itulah ke-38 orang yang jadi penghuni X-I. Jadi, kita semua—anak XI—berpakaian layaknya anak-anak kecil, pake kaos + celana pendek, trus gendong boneka... sambil nari-nari. Hehe.

Ah, sayang fotonya nggak ada. Gue bukan anak KLISE (klub fotografi di sekolah) yang nyimpen data pas Galex. Mereka kan emang foto buat dokumentasi.

Hm... Intinya, gue suka kelas gue yang sekarang. Anak-anaknya rame dan solid. Soalnya, pas SMP gue sering dapetnya anak-anak yang cuek, dan bergaulnya misah-misah alias nge-gank. Kekeluargaan di kelas jadi sering nggak tercipta (halah apa deh ==”). Dan sekarang, walopun anak X-I masih keliatan ada berbagai macam ‘kubu’nya, tapi seenggaknya masih solid lah. Hehe.

Berikut ini absen kelas gue:

1.    Aji Nurseto
2.    Alvin Rivaldi
3.    Arsila Gishadia Rasnadi Putri
4.    Banatika Ayumi
5.    Brenda Vanessa Cornelisz
6.    Corry Angelica Tambunan
7.    Deby Tri Widia Lestari
8.    Desy Eka Adryana
9.    Dhella Fitrani Maharani
10. Dini Bonafitria
11. Dwi Meliana Putri
12. Dwi Utaminingsih
13. Ferdinan Yusuf
14. Gegget Briyan Kayanto
15. Idfa Novia Putri
16. Indyas Paramesvari
17. Jihan Maulina
18. Kanjenaudi Elisa
19. Kartika Kencana Putri
20. Lia Wahyu Kusuma
21. Majesta Esa Sofian
22. Maliki Muchammad
23. Mauline Della Agnesia
24. Nadia Magdalena
25. Natasya Hillary
26. Prima Annuriansyah
27. Putri Madya Kharimah
28. Qabila Dzulhasri
29. Raedhita Arya
30. Rafida Fatimutuzzahra
31. Rahma Maulidina Sari
32. Rahmatika Alfia Amiliana
33. Risma Nadira Iswani
34. Septi Wulandari
35. Seto Adi Prabowo
36. Shighia Ajeng Savitri
37. Viktoria Mardhika Estepane
38. Yesika Febrianti Sinaga
39. Yoga Julian
40. Yuditya Arta Asideta Pohan

Guess which one is my full name? He-he-he.

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Follow

About me

What's Hot

You're The...

My Other Blog

Pages

Popular Posts

 

Template by BloggerCandy.com